BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian geomorfologi
Geomorfologi
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang dapat diartikan
“perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi”. Akan tetapi secara umum
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yaitu meliputi
bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang terjadi
sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta
sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan
itu (American Geological Institute, 1973). Dalam bahasa Indonesia banyak orang
memakai kata bentangalam sebagai terjemahan geomorfologi, sehingga kata
geomorfologi sebagai ilmu dapat diterjemahkan menjadi Ilmu Bentangalam.
Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka bumi, umpamanya bila orang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah dapat dikatakan pula orang menceritakan geomorfologi daerah itu atau bentangalam daerah itu. Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi ini. Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai kata geomorfologi. Sering kedua kata itu dicampur-adukkan. Agaknya bagan pada Gambar 1 dapat membantu membedakan kedua kata itu.
Kata
Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari
tiga kata yaitu: Geos (earth/bumi), morphos (shape/bentuk),
logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari
kata-kata tersebut, maka pengertian gomorfologi merupakan pengetahuan tentang
bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun,Geomorfologi bukan hanya mempelajari
bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari material dan proses,
seperti yang dikemukakan oleh Hooke (1988) dalam Sukmantalya (1995: 1), bahwa: Geomorphologist
are concerned with the form and processes of the earth’s surface so
any activity which modifies the shape of the land, induces movement of
material or alters the quantity or quality of water and drainage, is interest
to them. Berdasarkan pada pengertian Geomorfologi yang telah disitir,
secara singkat dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi membicarakan tentang
bentuklahan dan proses yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan
materilal, air dan drainase serta factor lain yang memicu terjadinya proses
geomorfik. Secara singkat berikut ini disajikan mengenai beberapa definisi
geomorfologi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1. Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang
bentuklahan.
2. Cooke dan Doornkamp dalam Sutikno (1987: 3) dinyatakan bahwa
geomorfologi adalah studi mengenai bentuklahan dan terutama tentang sifat
alami, asal mula, proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.
3. Thornbury dalam Sutikno
(1990: 2) disebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang
bentuklahan.
4. Zuidam dan Concelado (1979: 3) juga menyatakan bahwa Geomorfologi
adalah studi yang menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi
pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara bentuklahan dengan
proses dalam tatanan keruangannya.Verstappen (1983: 3) bentuklahan adalah
menjadi sasaran Geomorfologi bukan hanya daratan tetapi juga yang terdapat di
dasar laut (lautan).
Dengan demikian
obyek kajian dari Geomorfologi berdasarkan definisi-definis tersebut adalah
bentuklahan, bukan hanya sekedar mempelajari bentuk-bentuk yang tampak saja,
tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses
apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Misalnya, dalam
mempelajari pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan lain yang ada di
permukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati serta mengukur
bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga mnedeskripsikan dan menganalisa
bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus berhati-hati, karena
pada bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar belakang pembentukan dan
kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda sekali. Umpamanya suatu deretan
pegunungan, mungkin terjadi karena pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga
karena hasil pengerjaan erosi yang demikian hebat, sehingga menimbulkan relief
permukaan bumi yang bervariasi, dan penyebab lainnya. Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi adalah
mempelajari bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan
pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang dijumpai di
permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera serta mencari
hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan
kaitannya dengan lingkungan. Di samping itu, juga menelaah dan mengkaji
bentuklahan secara deskriptif, mempelajari cara pembentukannya, proses alamiah
dan ulah manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuklahan serta cara pemanfaatannya
secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Sejarah Geomorfologi
Pengetahuan
tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu yang lain, dimulai
dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu jauh, Herodutus
(485 – 425 S.M.) yang dianggap sebagai “bapak sejarah” dikenal pula mempunyai
pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang perubahan muka air laut,
salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di Mesir. Kemudian banyak
pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang geomorfologi ini. Dapat
disebutkan di sini antara lain Aristotle, Strabo Dan Saneca yang kesemuanya
pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan atau
dikenal dengan nama Teori Malapetaka.
Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.
Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.
James Hutton (1726
– 1797) dikenal sebagai “bapak geologi modern” yang menerangkan gejala-gejala
geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat kita kenal sehari-hari, sangat
bertentangan dengan teori katatrofisma yang menganggap bahwa kejadian geologi relatif
mengambil waktu yang amat singkat. Atas dasar itu kemudian teori yang
dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai teori uniformitarianisma, dan terkenal
dengan dalilnya yang menyatakan bahwa “hari ini adalah kunci dari kejadian pada
masa lampau” atau istilah asingnya adalah the present is the key to the past. Pada
masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis, yang hanya
mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga merupakan ilmu yang
dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai hasil interpolasi. Selain
itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan besaran-besaran
matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi kuantitatif. Sebagai
pemukanya dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa pengaliran sungai secara
matematika.
Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu, sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang geomorfologi Indonesia.
Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu, sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang geomorfologi Indonesia.
Konsep Dasar Geomorfologi
Thornbury
(1969) dalam buku yang berjudul Principles of Geomorphology mengemukakan 10
konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:
Proses-proses
fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama waktu geologi.sruktur
geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan
(land forms); Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada
proses-proses geomorfologi yang berlangsung; Proses-proses geomorfik terekam
pada land forms yang menunjukan karakteristik proses yang berlangsung; Keragaman
erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yang terbentuk.Evolusi
geomorfologi bersifat komplek. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur
lebih muda dari Pleistosen; Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes
melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen. Apresiasi
iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik yang beragam Geomorfologi,
umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi saat ini dan sejarah
pembentukannya.
Proses Geomorfologi
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik
maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu
benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan
angin. Termasuk di dalam golongan geomorphic agent air ialah air permukaan, air
bawah tanah, glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama
mengambil peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir
atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan
kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka
bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar
(eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan
dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar
pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai
pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk roman
muka bumi ini. Proses geomorfologi yang kita kenal dapat diintisarikan
Ruang Lingkup Geomorfologi
Atas dasar
definisi dan pengertian Geomorfologi seperti yang dikemukakan pada bagian
terdahulu, maka lingkup geomorfologi serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain
meliputi fisiografi yaitu merupakan studi tentang daratan, lautan, dan
atmosfir. Lautan dipelajari dalam Oseanografi, atmosfir menjadi studi
Meteorologi, sedangkan daratan merupakan obyek kajian Geomorfologi. Dengan
demikian jelaslah studi Geomorfologi merupakan salah satu cabang dari
Fisiografi yaitu tentang daratan yang menitik beratkan pada bentuklahan
penyusun konfigurasi permukaan bumi. Berbicara mengenai hubungan antara
Geomorfologi dengan Geologi W.M. Davis dalam Sudardja (1977: 4) menggunakan
istilah geomorphogeny dan geomorphography, karena adanya perbedaan
penekanan dalam mempelajarinya. Dimana, geomorphogeny tekanan dalam
mempelajarinya mengutamakan bentuk-bentuk muka bumi masa lampau, yang erat
hubungannya dengan geologi, sedangkan geomorphography lebih menekankan
mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yada ada pada masa sekarang, sehingga
hubunganya dengan geografi sangat erat. Obyek kajian Geomorfologi seperti yang
tersurat dalam definisi-definisi yang dikemukakan pada bagian terdahulu adalah
bentuklahan. Zakrezewska dalam Sutikno (1990: 2), mengatakan bahwa Geomorfologi
itu mencakaup aspek lingkungan dan aspek spasial/keruangan termasuk ke dalam
aliran geomorfologi-geografis. Aliran Geomorfologi yang lain adalah
geomorfologi-geologis. Geomorfologi-geografis cakupannya terletak pada
penterapan konsep trilogi proses, meterial, dan morfologi, sedangkan dalam
aliran geomorfologi-geologis menggunakan cakupannya terletak pada penterapan
konsep bahwa aspek dari semua bentuklahan ditentukan oleh struktur, proses, dan
stadium (Sutikno, 1990: 4). Dengan demikian aspek dari bentuklahan yang
mendapat sorotan meliputi morfografi, morfometri, proses-proses geomorfologi,
morfogenesis, morfokronologi serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang
tersusun atas batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan
lainlain. Dengan demikian bahwa dalam mempelajari Geomorfologi terkait pada
geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak
dapat diabaikan dalam perubahan bentuklahan. Atas dasar keterangan yang telah
diuraikan di atas, maka berikut ini disajikan mengenai hubungan antara geologi,
fisiografi, dan proses geomorfologi. Adapun hubungan
Ruang lingkup geomorfologi Geomorfoogi adalah imu tentang bentuk
lahan, dapat didefinisikan bahwa geomorfologi mempelajari fenomena permukaan muka
bumi, juga termasuk didalamnya adalah lautan, lempeng continental, juga yang
lainya seperti gunung dll. Geomorfologi termasuk juga mempeajari tentang
fisiografi dan geologi. Studi fisiografinya adalah termasuk di dalamnya
didalamnya termasuk daratan yang dicakup didalam geomorfologi, atmosfer atau
studi tentang paerlapisan udara yang dicakup ke dalam klimatologi dan
meteorologi, serta tentang lautan yang dikaji kedalam disiplin ilmi
oceanografi.
|

|
![]() |
|||
|
|||

|



![]() |
|
Geomorfologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang
bentuk-bentuk muka bumi yang terjadi karena kekuatan-kekuatan yang bekerja baik
yang ada di dalam bumi ataupun kekuatan yang berasal dari luar bumi. Daratan
merupakan pokok kajian utama di dalam studi geomorfologi. Secara luas
berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras,
namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh
perolaku organisme di tempat mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan
diartikan secara sempit, harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling
jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah batugamping sangat penting
dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian yang integral dari
geomorfologi.
Pengaruh dari erosi oleh air, angin, dan es, berkolaborasi dengan
latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan
bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan
sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur
geologi yang ada. Torehan air terhadap lapisan batugamping yang keras dapat
berupa aliran sungai yang permanen dan periodik, dapat juga merupakan alur
drainase yang melewati bagian-bagian yang lemah. Sehingga membentuk
cekungan-cekungan pada bagian yag tererosi dan meninggalkan bagian yang lebih
tinggi yang susah tererosi. Ukuran dari cekungan dan tinggian ini bisa beberapa
sentimeter sampai beberapa kilometer. Maka sangat jelaslah jika geomorfologi
merupakan bagian dari fisiografi yaitu tentang daratan yang menitik beratkan
kepada macam-macam bentuk lahan yang menyusun konfigurasi bumi.
Atmosfer adalah
lapisan udara yang menyelubungi bumi. Studi ilmu yang mempelajari atau yang
mengkaji tentang pelapisan udara ini antara lain adalah meteorologi dan klimatologi. Kedua
studi ini sangat erat kaitan, sehingga sulit untuk dipisahkan.
Meteorologi
adalah salah satu studi ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata udara dalam
waktu yang singkat pada wilayah yang sempit. Keadaan rata-rata cenderung
disebut sebagai cuaca, sedangkan waktu yang dimaksud dalam cuaca tersebut
adalah waktu sesaat yang sedang berlangsung yang tersatuan dalam bentuk hari,
jam atau menit. Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimulan jika meteorologi
adalah studi ilmu yang mempelajari keadaan cuaca yang sedang berlangsung sesaat
pada suatu tempat yang terbatas.
Klimatologi
adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata udara dalam jangka waktu yang
sangat lama dan mencakup suatu wilayah yang sangat luas sekali. Keadaan
rata-rata suatu udara yang berlangsung dengan sangat lama ini disebut sebagai
iklim. Waktu yang lama jika berdasarkan perjanjian internasional kurang lebih
30 tahun. Bagi peneliti yang sedang belajar manganalisis keadaan iklim pada
suatu tempat atau wilayah, untuk berlatih waktu yang lama berlangsung
sekurang-kurangnya 10 tahun. Dengan demikian kesimpulannya adalah, klimatologi
sebagai ilmu yang mempelajari iklim yang sedang berlangsung lama di dalam
wilayah yang luas.
Kedua studi di
atas tadi memiliki unsur-unsur yang hampir sama. Seperti yang dapat diketahui
jika, atmosher juga dapat mempengaruhi bentuk-bentuk roman muka bumi. Seperti
misalnya gaya erosi yang pada beberapa tempat di permukaan bumi telah
menghasilkan bentuk yang khas. Contohnya adalah bentuk-bentuk batu cendawan
yang seakan menyerupai bentuk jamur atau payung yang merupakan hasil dari
pengerjaan tenaga erosi tipe angin. Dengan demikian atmosfer dapat
dikategorikan ke dalam salah satu dari
fisiografi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk lahan.
Studi lainnya
di dalam fisiografi dalah studi tentang lautan yang dipelajari di dalam
disiplin ilmu oseanografi. Oseanografi dapat diartokan kedalam arti yang lebih
sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang lautan. Oseanografi
semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan
perpaduan dari bermacam-macam ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu yang
termasuk di dalamnya adalah ilmu bumi ( geologi ), ilmu geografi, ilmu fisuka,
ilmu hayat, dan ilmu tentang iklim serta cuaca. Studu oseanografi ini dibagi
kedalam empat cabang utama yakni fisika oseanografi ( ilmu yang mempelajari
hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi di dalam lautan sendiri dan
yang terjadi antra lautan dengan atmosfer dan daratan ), geologi oseanografi,
kimia oseanografi ( cabang ilmu ini mengkaji hubungan reaksi-reaksi kimia yang
terjadi di dalam dan di dasar lautan juga menganalisa dari sifat-sifat air laut
itu sendiri, dan yang terakhir adalah biologi oseanografi sebagai lmu yang
mempelajari kehidupan laut.
Lautan yang khususnya
adalah bagian fisik dari dasar laut itu sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan bentuk-bentuk fisik yang ada di permukaan bumi. Jika pada permukaan bumi
kita dapat menjumpai berbagai bentuk lembah, gunung dan pegunungan, serta
jurang, kitapun juga dapat menemukan kenampakan fisik yang demikian di dalam
lautan. Seperti misalnya kenampakan yang umum adalah lembah lautan atau osean
basin yang terbagi menjadi ridge dan rsse, jurang laut atau palung laut ( trenc
), serta seamont dan guyot ( seamont adalah gunung-gumung berapi yang muncul
dari dasar lautan, tetapi tidak dapat mencapai sampai ke permikaan laut
sedangkan guyot adalah sebaliknya yang memiliki puncak yang datar.
Lautan yang
dikaji oleh studi oseanografi merupakan salah satu cabang dari fisiografi.
Kenyataan ini sangatlah jelas karena di dalam lautan terdapat bentuk-bentuk
muka bumi seperti halnya yang ada di daratan.
Sejarah
perkembangan keilmuan geomorfologi dipelopori oleh semua orang yang belajar dan
meneliti geomorfologi, dimana mereka menemukan ide-ide baru yang membuat
geomorfologi berkembang hingga sekarang. Pandangan kuno geomorfologi
Bentanglahan adalah suatu fenomena geologi yangluas, filosofi yang sebenarnya
dari filosofi ilmu oengetahuan masa lalu. Proses geomorfologi merupakan proses
yang sangat signifikan. Perkembangan geomorfologi banyak didiskusikan oleh
filsuf asal yunani dan itali diantaranya dalah Herodotus, aristoteles, Strabo,
Geomorfologi modern Dari sjarah para ilmuan geomorfologi, proses geomorfologi
merupakan proses yang sangat lama namun mengalami perubahan yang sangat sedikit
demi sedikit. Banyak para ahli yang berpendapat, seperti, pendahulu dari hutton
mengemukakan, konsep lahan yang kontras dengan pemikiran yang lain bahwa
bentanglahan itu permanen, itu adalah fundamental geomorfologi modern, kemudian
selain itu ada Leonardo da vinci (1412-1519), buffon dari prancis (1638-1687),
targioni-Tozetti (1707-1788), Gheutthard (1715-1788), dasnmarest (1725-1815),
De Saussure (1740-1799) Setelah hutton perkembangan di eropa yaitu sir Charles
Lyell (1797-1875) yang merupakan pekembangan yang sangat signifikan di eropa
dengan mencetak buku Principles of geology (1872) yang menjelaskan tentang
zaman es dimana menutupi amerika utara. Kmeudian ssetlah itu jukes pada tahun
1862 dimana membuat paper tentang sungai-sungai di irlandia. Berikutnya adalah
perkembangan di amerika utara dimulai oleh zittel (1901) denga the age heroic
of geology, kemudian periode berikut nya dengan the heroic age in American
geomorphology. Kemudian ada tiga pioneer pemikiran dalam ruang lingkup
geomorfologi yaitu j.w Powell, G.K Gilbert, C.E. Dutton orang-orang ini yang
membangun konsep siklus geomorfologi. Tren terakhir geomorfologi Beberapa macam
tren yang signifikan pada decade yang singakat adalah tendensi untuk
geomorfologi di amerika untuk menjadikan geologi lebih ketat daripada
geomorfologi yang menghasilkan aplikasi geomorfolgi yang mepelajari sisi lain
dari dari geologi, yaitu mineralogy yang mempelajari tentang tentang pelapukan,
statigrafi dalam paleogeomorfologi, dan paleontology teknik yang mempelajari
tentang penyusun glacial, dan yang kedua adalah pembangunan geomorfologi
regional, yang mempelajari tentang fenomena konitnen dari suatu area
geomorfologi dan sejarahnya, ketiga adalah aplikasi geomorfologi untuk geologi
air tanah, ilmu tanah, dan teknik geologi, yang keempat adalah aplikasi pada
hukum hidrodinamik yang membuat pengertian lebih baik mengenai proses
geomorfologi.
Berbicara mengenai
hubungan antara geomorfologi dengan geologi. Perlu diketahui geologi adalah
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
atau menyelidiki tentang lapisan batuan yang ada di dalam kerak bumi baik
secara evolusi anorganik maupun organik dari bumi ( asal usul, struktur, komposisi,
sejarah, gejala dan proses ) bumi. Dua cabang dari ilmu geologi yang berkaitan
dengan geomorfologi antara lain adalah mineralogi dan petrologi.
Mineralogi
adalah cabang ilmu dari geologi yang mempelajari mineral sebagai bahan utama dalam pembentuk lapisan
kerak bumi, bagian dari batuan, bijih, garam-garaman, batu permata, dan
lain-lain. Sedangkan petrologi adalah cabang dari ilmu di dalam geologi yang
mempelajari tentang proses
terjadinya berbagai macam batuan, dan
cara pengklasifikasiannya. Kedua studi ini juga berkaitan dengan geomorfologi,
sebab beberapa bentuk-bentuk muka bumi
di susun oleh batian-batuan, sedangkan batuan-batuan itu sangat di
pengaruhi oleh mineral-mineral sebagai bahan penyusun utama batuan.
Hubungan antara
geomoforlogi dengan geologi dapat mengacu kepada dua istilah yakni
geomorphogeni dan geomorphografi yang di dalamnya terdapat perbedaan penekanan
dalam menpelajarinya. Geomorphogeny lebih mengutamakan mempelajari
bentuk-bentuk muka bumi yang telah terjadi pada masa yang lampau, erat sekali
hubungannya dengan geologi. Geomorfologi-geologi menggunakan cakupannya yang
terletak pada penterapan konsep aspek dari semua bentuk lahan ditentukan oleh
struktur, proses, dan stadium. Di dalam ilmu geologi terdapat cabang ilmu
geologi sejarah, gelogi sejarah adalah disiplin ilmu yang mempelajari
urutan-urutan dari satuan-satuan waktu
serta kejadian-kejadian dan perubahan-perubahan selama sejarah bumi.
Misalnya dalam konteks
ini adalah tentang bagaimana proses terbentuknya bentuk bumi berupa pegunungan
yaitu Bukit Barisan yang ada di Pulau Sumatera. Proses bagaimana terjadinya
Bukit Barisan tentu dikaji di dalam studi geologi. Bukit Barisan yang terjadi
pada masa lampau tentu tidak terbentuk begitu saja tanpa proses-proses yang
rumit dan panjang pada masa-masa lampau. Oleh karena itu dengan menggunakan
studi geologi dan geologi sejarah kita dapat mengkaji dan mempelajari tentang
bagaimana proses terbentuknya Bukit Barisan yang telah terjadi sejak lama dalan
kisaran waktu berpuluh-puluh juta tahun yang lalu.
Sedangkan Geomorfogeni
dalam pengkajiannya lebih menekankan dalam mempelajari bentuk-bentuk muka bumi
yang ada pada masa sekarang sehingga hubungannya dengan geografi sangatlah
erat. Geomorfologi-geografis cakupannya terletak pada penerapan konsep trilogi
yaitu proses, materil, dan morfologi.
Proses geomorfologi
adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami
permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal
dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin. Termasuk di dalam golongan
geomorphic agent air ialah air permukaan, air bawah tanah, glacier, gelombang,
arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama mengambil peranan yang penting di
tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di tepi pantai. Kedua
penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan kesemuanya bekerja
bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka bumi. Tenaga-tenaga
perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang
datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam
(endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja
sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga
inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk roman muka bumi ini.
Dengan demkian dalam mempelajari geomorfologi terkait pada tiga hal
utam yaitu geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi. Dalam hal ini dapat disajikan
dalam diagram brikut ini :
![]() |
![]() |
||

![]() |
fisiografi x
geologi
![]() |
|||
![]() |
|||
oseanografi paleotologi dan
stratigrafi
Keterangan :
X
adalah Geomorfologi.
Pengetahuan
Geomorfologi merupakan ilmu yang relatif muda, karena baru berdiri sendiri pada
akhir abad ke 19. Di Indonesia dilihat perkembangannya masih sangatlamban,
sehingga tidak lepas dari berbagai kesulitan; salah satu di antaranya adalah
mengenai “penggunaan istilah” dalam bahasa Indonesia masih sangat minim lebih
banyak istilah-istilah dalam bahasa asing. Harus diakui bahwa hampir semua
buku-buku yang digunakan mempelajari Geomorfologi tertulis dalam bahasa asing
seperti Belanda, Inggris, Jerman, dan sebagainya. Istilah-istilah asing yang
banyak dipergunakan adalah terutama dalam menguraikan bentuklahan yang tidak
terdapat di Indonesia misalnya bentuklahan hasil pengerjaan gletser,
bentuklahan di daerah arid dan sebagainya. Dilihat dari segi arti yang
terkandung dalam istilah-istilah yang dipergunakan dalam Geomorfologi.
Istilah-istilah
secara empiris dalam menyebutkan dan menjelaskan sesuatu bentukan yang terdapat
di alam tanpa memasukkan penjelasan mengenai sifat, ukuran, proses terjadinya
dan sebagainya. Sebagai contoh perkataan “dataran”, biasanya digunakan untuk
menyebutkan bentuklahan yang relatif lebih datar dari daerah sekitarnya, namun
perkataan dataran belum menunjukkan sifat-sifat dataran, bagaimana
terbentuknya, tersusun atas material apa dan sebagainya. Istilah dataran secara
empiris belum memberikan pengertian yang tuntas kepada yang mendengarnya,
karena masih mungkin untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan dataran
tersebut. Contoh lain, seperti perkataan “bukit” digunakan untuk menyebutkan
bentuklahan yang lebih tinggi dengan daerah yang lain dan tidak terlalu tinggi,
namun belum memberikan konsep yang jelas, sehingga perlu pertanyaan lebih
lanjut. Lain halnya dengan istilah deskriptif seperti “plateau” yang juga
merupakan dataran, tetapi bagi orang yang mempelajarinya sudah mengenal bahwa
yang dimaksud di sini adalah dataran tinggi. Demikian juga istilah “sand
dune”, “barchan”, sama-sama mempunyai pengertian bukit, tatapi istilah
yang diberikan telah lebih lengkap dibanding dengan bukit. Istilah sand dune,
barchan merupakan timbunan pasir (bukit pasir/sand dune, dan bukit pasir
berbentuk sabit/barchan). Berdasarkan apa yang telah dikemuka bahwa dalam
mempelajari geomorfologi lebih banyak menggunakan istilah-istilah yang
tergolong ke dalam istilah deskriptif yang sering digunakan, namun demikian
istilah empiris masih dipergunakan.
Arti Penting Geomorfologi
Pada dasawarsa
terkahir ini sudah dimulai tampak arti penting geomorfologi sebagai pendukung
ilmu kebumian lainnya dan ilmu yang terkait dalam arti praktisnya. Geomorfologi
sebagai ilmu mempunyai arti yang penting, seperti peranannya dalam geografi
fisik dan terapannya dalam penelitian. Geomorfologi sudah mulai dimasukkan dalam
ke dalam kurikulum pada fakkultas-fakultas seperti Fakultas Pertanian, Teknik, Arkeologi,
dan sebagainya serta banyak penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan
geomorfologi. Sebagai contohnya adalah penggunaan pendekatan geomorfologi untuk
studi bencana alam, kerekayasaan, lingkungan, pemetaan tanah, pemetaan air
tanah dan sebagainnya. Namun demikian, geomorfologi dalam pengajaran serta
penelitian-penelitian yang bertema fisik yang non geomorfologik, uraian geomorfologi
hanya sekedar ilustrasi yang tradisional dan belum dimanfaatkan untuk dasar
pengambilan sampel daerah ataupun analisisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai
hal di antaranya adalah kurangnya atau langkanya buku-buku geomorfologi. Kajian
geomorfologikal akan menghasilkan data/informasi yang utama dan pertama dari bentanglahan
fisikal yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun terapan praktisnya. Dalam
penerapan geomorfologi pada dasarnya banyak diwarnai oleh Verstappen dalam
bukunya yang berjudul “Applied Geomorphology (Geomorphological Surveys for
Environmental Development)” tahun 1983. Dalam buku tersebut memuat berbagai
terapan geomorfologi. Adapun terapan geomorfologi yang dikemukakan oleh Verstappen
tersebut adalah meliputi. Peran dan terapan geomorfologi dalam survei dan pemetaan,
survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan, keteknikan, ekplorasi
mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis medan, banjir, serta bahaya
alam disebabkan oleh gaya endogen. Dari apa yang telah dikemukakan di atas,
maka geomorfologi mempunyai peran dan arti yang cukup penting. Karena dalam
suatu perencanaan pengemabang wilayah, memerlukan informasi dasar yang
menyeluruh baik aspek fisik maupun aspek sosial. Pada aspek fisik geomorfologi
dapat memberikan informasi melalui kajian dengan pendekatan geomorfologi.
Pendekatan geomorfologi digunakan dalam melakakukan analisis dan klasifikasi
medan (terrain analysis and classification) dengan beberapa parameter
seperti yang dikemukakan oleh Zuidam, et al (1978 : 9 – 22), dimana pada intinya
dalam analisis dan klasifikasi medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Relief/morfologi meliputi bagian lereng, ketinggian, kemiringan
lereng, panjang lereng, bentuk lereng, bentuk lembah, dan aspek relief yang
lain.
2. Proses geomorfologi meliputi erosi dan tipe erosi, kecepatan dan
daerah yangterpengaruh; banjir yang meliputi tipe, frekuensi, durasi,
kedalaman, dan daerahyang terpengaruh; gerakan massa yang meliputi tipe,
kecepatan, daerah yangterpengaruh.
3. Tipe material batuan meliputi batuan induk, material permukaan,
kedalaman pelapukan.
4. Vegetasi dan penggunaan lahan meliputi tipe vegetasi, kepadatan,
tipe penggunaanlahan, periode, durasi, dan konservasi.
5. Air tanah mencakup kelembaban permukaan, kedalaman air tanah,
fluktuasi air tanah, dan kualitas air tanah.
6. Tanah mencakup kedalaman, kandungan humus, tekstur, drainase, dan
daerah berbatu. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka
geomorfologi memegang peranan yang cukup penting, sebab hasil analisis dan
klasifikasinya medan ataupun lahan dapat dimanfatkan untuk berbagai
kepentingan. Seperti dalam bidang keteknikan, ekonomi, hidrologi dan lain
sebagainya. Berbagai bentuklahan yang ada di permukaan bumi, merupakan bagian
kajian dari geomorfologi terutama dan terutama tentang sifat alami, asal mula,
proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.
Kaitannya dengan hal tersebut Thornbury (1954) dalam Sutikno (1987:
12) menyatakan bahwa ada lima kelompok terapan geomorfologi, yaitu:
a)
Terapan geomorfologi dalam
hidrologi, yang membahas hidrologi di daerah karst dan air tanah daerah
glasial. Masalah hidrologi di daerah karst dapat diketahui dengan baik apabila
geomorfologinya diketahui secara mendalam. Air tanah di daerah glacial
tergatung pada tipe endapannya, dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati
dengan geomorfologi.
b)
Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi,
yaitu membahas pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan
residu, mineral epigenetik, dan endapan bijih.
c)
Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek
keteknikan yang dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal,
pemilihan situs bendungan dan geologi militer.
d)
Terapan geomorfologi dalam
keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak,
banyak unsur-unsur minyak di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi
terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam
penentuan terdapatnya kandungan minyak. Terapan geomorfologi dalam bidang lain,
yaitu menyangkut pemetaan tanah, kajian pantai, dan erosi. Terapan geomorfologi
dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak di AS yang ditentukan dengan
pendekatan geomorfologi terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal
struktur geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan minyak.
e)
Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu
menyangkut pemetaan tanah, kajian pantai, dan erosi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Geomorfologi
bukan hanya sekedar mempelajari bentuklahan yang tampak saja, tetapi juga
mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang
mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Jadi meliputi bentuklahan (landform),
proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh
setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di
dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan
proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Jadi
pembahsannya meliputi morfografi, morfometri, proses-proses geomorfologi,
morfogenesis, morfokronologi serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang
tersusun atas batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan
lain-lain. Dengan demikian bahwa dalam mempelajari geomorfologi terkait pada
geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak
dapat diabaikan dalam perubahan bentuklahan.Konsep dasar Geomorfologi perlu
dipahami secara baik untuk mempelajari Geomorfologi dalam membantu mengenal dan
menganilasa kenampakan bentuklahan di permukaan bumi, sehingga pada akhirnya
dapat mengenal peristilahan baik secara deskriptif maupun secara empiris, terutama
nanti dalam melakukan klasifikasi bentuklahan. Geomorfologi mempunyai peran dan
terapan dalam survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi,
penggunaan lahan pedesaan, keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan
perencanaan, analisis medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya
endogen.
3.2 Saran
Pembuatan Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan
maka saran dan kritik pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan-perbaikan
penulisan berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar